Blogger templates

Tiny Finger Point Hand With Heart

Kamis, 22 Desember 2016

Artikel Profesi Pendidikan



Peran Calon Pendidik Menghadapi Generasi Alpha
Oleh : Rizky Ameylia Salma
                                    
Apa itu generasi alpha? Generasi alpha adalah generasi yang lahir di tahun 2011-2025. Generasi alpha sendiri adalah generasi yang lahir saat teknologi informasi sudah berkembang pesat dan merata yang menjadikan generasi ini adalah generasi tepintar karena kemajuan teknologi dan cara berkomunikasi mereka akan berubah. Diprediksi generasi alpha akan menjadi orang-orang cerdas yang paling terdidik, khususnya pada era teknologi. Akan tetapi generasi alpha ini juga diprediksi akan mengalami kesepian karena jumlah saudara yang sedikit dan lebih banyak berinteraksi melalui teknologi.
Pada kenyataannya, generasi alpha memang sudah pandai dalam hal teknologi. Contohnya dalam penggunaan handphone. Anak usia 1 tahun atau lebih sudah pandai mengoperasikan handphone, menggeser-geser touchscreen, memainkan permaian, atau memutar lagu-lagu yang ada di handphone tanpa dibimbing sebelumnya.
Dalam menghadapi ini, sebagai calon seorang pendidik dari generasi Z (lahir pada tahun 1995-2010) kita harus mengimbangi calon peserta didik kita (generasi alpha). Mendidik anak memang seharusnya sesuai jamannya. Jika sekarang jaman teknologi informasi maka hal itu tidak bisa dihindari. Melarang mereka menggunakan teknologi informasi sama saja dengan membuat mereka tidak bisa bersaing dengan generasinya. Saat ini saja, modul belajar, sumber pengajaran dan tugas sekolah memerlukan internet untuk melengkapi yang tidak ada di buku pegangan.
Metode belajar anak generasi Alpha ini tentunya juga berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka sudah lebih dulu melek dengan teknologi informasi di usia dini. Jika dulu mengajak anak belajar itu lewat metode ceramah, tapi untuk generasi alpha metode itu hanya membuatnya bosan. Mereka bisa mencari berbagai sumber informasi lewat internet sehingga stimulasi yang dilakukan harusnya mengajak diskusi anak mengenai pemecahan masalah dan menanyakan ide mereka tentang solusi dari masalah itu.
Kita sebagai calon orangtuanya disekolah harus mengimbangi kemampuan kita dalam hal teknologi (melek teknologi). Karena, jika tidak kita akan kewalahan dalam mengajar karena metode belajar harus menarik agar membuat mereka semangat dalam belajar dan ridak mudah mudah bosan. Kita dari generasi bisa memanfaatkan teknologi yang sudah ada atau meng-upgrade kemapuan kita sebagai sumber referensi bahan ajar dan sumber lainnya. Kita juga bisa memanfaatkan media sosial untuk bertukar pikiran dengan teman guru lainnya agar bisa memunculkan ide/metode baru untuk mengajar.
Seperti yang telah dituliskan di atas, jika dulu mengajar lewat metode ceramah, maka akan membuatnya bosen. Oleh karena itu, kita harus bisa membuat bahan ajar berbentuk 3D dari powerpoint dalam pembelajaran. Pembuatan powerpoint yang menarik, juga akan mempengaruhi siswa dalam belajar. Jika powerpoint yang kita buat kurang menarik perhatian mereka, maka akan membuat mereka bosan belajar. Sebaliknya, jika powerpoint yang kita buat menarik, maka mereka akan lebih semangat dalam belajar.
Selain powerpoint, kita juga dapat membuat peta pikiran atau mind mapping. Kenapa? Selain mudah dalam hal pembuatan, peta pikiran ini akan sangat membantu dalam mengingat. Mereka pasti akan mudah mengingat pelajaran yang diberikan melalui peta pikiran. Tetapi pembuatan peta pikiran ini harus menarik, karena generasi alpha menyukai hal-hal yang menarik.
Pada intinya, pertama, kita calon pendidik dari generasi Z harus lebih pandai memanfaatkan teknologi yang ada sebagai bekal mengajar generasi alpha yang lebih canggih daripada kita. Kita sebisa mungkin harus memanfaatkan teknologi ini untuk mencari ilmu, berbagi ilmu dengan teman lainnya agar kemampuan kita dalam hal teknologi semakin ter-upgrade. Dengan langkah ini, orangtua atau pun guru menjadi setara dengan si anak generasi alpha dan nyambung dengan kemampuan si anak.
Kedua, memberikan keseimbangan kepada anak. Menurut para ahli aneka gadget hanya akan membuat salah satu sisi otak manusia yang terstimulasi. Padahal seharusnya kedua belahan otak, baik belahan otak kanan maupun kiri distimulasi secara seimbang. Cara menyeimbangkannya antara lain dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan seni, seperti melukis, menari, musik dan lain sebagainya.
Ketiga, menumbuhkan kebersamaan si anak dalam keluarga. Kita tidak boleh membiarkan anak berlarut-larut dalam kesendirian dan terlalu akrab dengan gadget-nya. Oleh karena itu orang tua harus menciptakan suasana yang hangat dalam keluarga sehingga anak menjadi pribadi yang peduli, dan senang bersosialisasi dengan orang lain.
 
All About. . . Blogger Template by Ipietoon Blogger Template